Woensdag 24 April 2013



Hukum Puasa dalam Islam

puasa daud dahr dalail

Puasa dalam istilah hukum Islam adalah menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar--masuk waktu solat subuh-- sampai terbenamnya matahari (masuk waktu solat maghrib). Hukum puasa menurut syariah Islam terbagi menjadi (a) puasa wajib; (b) puasa sunnah; (c) puasa makruh; (d) puasa haram; (e) puasa mubah.

DAFTAR ISI

  1. Hukum Puasa
    1. Puasa Wajib
    2. Puasa Sunnah
    3. Puasa Makruh
    4. Puasa Haram
    5. Puasa Mubah
  2. Hukum Puasa Daud
  3. Hukum Puasa Dahr (1 tahun)
  4. Hukum Puasa Riyadha 7 hari, 21 hari, 41 hari
  5. Hukum Puasa Dalail Quran (1 tahun)
  6. Hukum Puasa Dalail Khairat (2 tahun atau lebih)
  7. Sumber Rujukan


I. RISALAH PUASA
Tidak semua perbuatan berpuasa itu baik. Dalam Islam, bahkan ada hari-hari tertentu atau bagi orang tertentu di mana puasa itu hukumnya haram. Seperti haramnya berpuasa bagi wanita yang sedang haid.


I.A. PUASA WAJIB

1. Yaitu puasa pada bulan Ramadhan. Hukumnya wajib bagi semua orang muslim yang sudah baligh, tidak gila, tidak haid dan tidak nifas (habis melahirkan).

Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima. Pertama turunnya wahyu yang mewajibkan puasa Ramadan adalah pada tanggal 10 Sya'ban tahun kedua hijrah. Nabi berpuasa Ramadan selama 9 kali dalam 9 tahun.

Karena puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban utama, maka seorang muslim yang menganggapnya tidak wajib hukumnya murtad dan kafir. Kecuali kalau dia bertaubat. Sedang bagi yang tidak berpuasa karena malas, dianggap fasik. Bukan kafir.

2. Puasa karena membayar kafarah (denda). Seperti puasa 3 hari setelah melanggar sumpah atas nama Allah.

3. Puasa nadzar. Orang yang bernadzar akan berpuasa apabila tujuannya tercapai, maka ia wajib berpuasa apabila yang diinginkannya terkabul.


I.B. PUASA SUNNAH

Yaitu puasa yang dilakukan untuk beribadah kepada Allah selain puasa wajib. Puasa sunnah disebut juga dengan puasa nafilah (النافلة). Puasa sunnah mendapat pahala apabila dilakukan, tapi tidak berdosa apabila ditinggalkan.

Adapun puasa-puasa yang disunnahkan menurut ijma' (kesepakatan) ulama ada 9 (sembilan), yaitu:

1. Puasa Daud. Yaitu puasa sehari dan berbuka sehari.
2. Puasa 3 hari setiap bulan. Yang utama pada tanggal 13, 14, dan 15. Yang disebut dengan ayyamul biydh (أيام البيض).
3. Puasa Senin Kamis setiap minggu.
4. Puasa 6 hari setelah hari Raya Idul Fitri (bulan Syawal). Walau terpisah-pisah. Tapi berturut-turut lebih utama, kecuali menurut madzhab Maliki.
5. Puasa pada hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah, kecuali bagi yang sddang ibadah haji.
6. Puada tanggal 8 Dzulhijjah bagi jemaah haji dan yang lain.
7. Puasa hari tasu'a (يوم التاسوعاء) dan 'asyura' (يوم العاشوراء) yaitu hari ke-9 dan ke-10 bulan Muharram.
8. Puasa pada bulan-bulan yang mulia (أَشْهُرُ الحُرُم). Ada 4 bulan mulia dalam Islam, yaitu Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab.
9. Puasa bulan Sya'ban.


I.C. PUASA MAKRUH

Makruh adalah perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala sedang apabila dikerjakan tidak berdosa. Intinya, perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan.

Puasa yang makruh ada 3 (tiga) sebagai berikut:
1. Puasa pada hari Jum'at. Kecuali apabila kelanjutan dari puasa pada hari sebelumnya.
2. Puasa pada hari Sabtu dan Minggu. Kecuali kelanjutan dari hari sebelumnya.
3. Puasanya orang yang (a) sakit; (b) musafir; (c) orang hamil; (d) ibu menyusui; (e) orang tua apabila dikuatirkan membahayakan kesehatannya.


I.D. PUASA HARAM

Haram sudah jelas maknanya. Yaitu, berdosa apabila dilakukan. Puasa yang diharamkan ada 4 (empat), yaitu:

1. Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu tapi tidak mengijinkan. Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan seperti suami sedang bepergian, sedang haji atau umroh.

2. Puasa pada hari syak atau meragukan (يَوْمُ الشَك). Yaitu, hari ke-30 dari bulan Sya'ban, kecuali apabila bertujuan sebagai puasa qadha (mengganti puasa Ramadhan sebelumnya), puasa sunnah, puasa melanggar sumpah (puasa kafarah).
3. Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Mutlak tanpa kecuali.
4. Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan Dzulhijjah. Keuali untuk dam (sebagai ganti dari menyembelih qurban).
5. Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan). Haramnya mutlak tanpa kecuali.


I.E. PUASA MUBAH

Mubah adalah perbuatan yang dibolehkan. Melakukan atau meninggalkan sama-sama tidak berpahala atau berdosa.

Puasa mubah adalah setiap puasa yang tidak termasuk ke dalam kategori wajib, haram, sunnah dan makruh di atas.



PERTANYAAN

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil Alamin
Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad,
Allahumma Sholli alaihi wa Sallim

Ustadz, sebelumnya ijinkan saya bertanya..dan mohon maaf apabila ada yang salah dengan pertanyaan saya.
Berikut beberapa pertanyaan saya:


Maksud dari Hadist Rasulullah SAW berkenaan dengan puasa Daud. Dimana Rasulullah SAW berkata, “Jangan melebihkan lagi”. Artinya jangan melakukan puasa sunnah lebih dari itu. Apa benar demikian? Bagaimana sanad hadist tersebut?apakah termasuk hadist sohih? (cuplikan hadistnya sebaiknya disertakan)

Apakah Hadist tersebut sohih?

Apakah itu artinya puasa yang jumlahnya lebih banyak dari puasa Daud tidak boleh? Misalnya, jika kita puasa Daud dalam 1 bulan kan jumlahnya ada 15 hari, karena selang-seling, lalu apa tidak boleh jika kita puasa sunnah dalam 1 bulan secara berturut-turut?tanpa selang-seling?
Apa itu berarti bahwa puasa sunnah yang tidak dilakukan secara selang-seling tidak boleh?
Berkenaan dengan hal diatas, bagaimana dengan puasa sunnah yang dilakukan tidak selang seling, seperti puasa riyadoh 7 hr, 21 hr, 41 hr, dsb. begitu juga puasa Dalail ar-Quran yang jumlah puasanya 1 tahun dan Dalail Khoirot yang jumlah puasanya 3 tahun. Apakah dilarang?

Sebenarnya apa ada pernyataan al-Quran dan Hadist yang melarang puasa Dahr/puasa 1 tahun penuh? Lalu bagaimana hukumnya dengan puasa Dalail al-Quran (1 tahun berturut-turut) dan Dalail Khoirot (3 tahun berturut-turut)? Mengingat puasa tersebut biasa dilakukan oleh kalangan pesantren (santri).

Mohon juga diberi keterangan mengenai dasar-dasar dari puasa Dalail al-Quran dan Dalail Khoirot.

Demikian pertanyaan saya. Mohon maaf apabila ada salah kata. Dan terimakasih atas kesediannya menjawab pertanyaan saya.

Alhamdulillahirobbil Alamin
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Pertanyaan diajukan melalui email alkhoirot@gmail.com oleh seseorang berinisial IF

INTI PERTANYAAN

Untuk mempermudah navigasi jawaban, kami kualifikasikan pertanyaan Anda sebagai berikut:

1. Apakah hadits tentang puasa Nabi Daud sahih?
2. Apakah itu artinya puasa yang jumlahnya lebih banyak dari puasa Daud tidak boleh?
3. Bagaimana dengan puasa sunnah yang dilakukan tidak selang seling, seperti puasa riyadoh 7 hari, 21 hari, 41 hari, dsb.
4. Hukum puasa Dalail ar-Quran yang jumlah puasanya 1 tahun
5. Hukum puasa Dalail Khoirot yang jumlah puasanya 3 tahun. Apakah dilarang?

JAWABAN

I. HUKUM PUASA DAUD DAN DASAR HADITS-NYA

1. Hadits tentang puasa Nabi Daud adalah sahih dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih).
Teks haditsnya sebagai berikut:

صُمْ أَفْضَلَ الصِّيَامِ عِنْدَ اللَّهِ صَوْمَ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Artinya: Kerjakanlah puasa yang paling afdhol di sisi Allah, itulah puasa Daud. Beliau berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari.[1]

2.

إنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Artinya: Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.[2]

III. HUKUM PUASA DAHR (SETAHUN PENUH) DAN DALIL-NYA

- Pendapat pertama: haram. Menurut pendapat masyhur di kalangan Ahmad ibn Hanbal (madzhab Hanbali) puasa setahun penuh (dahr) hukumnya haram. Berdasarkan pada hadits

لَا صَامَ مَنْ صَامَ الْأَبَدَِ
Artinya: tidak ada faidah bagi yang berpuasa terus menerus.[3]

- Pendapat kedua: makruh. Kecuali apabila puasa dahr menghalangi perbuatan yang baik menurut syariah, maka menjadi haram.

- Pendapat ketiga, mubah (boleh) atau sunnah.
Dasar hadits 1:

أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الْأَسْلَمِيِّ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّوْمِ فِي السَّفَرِ وَكَانَ يَسْرُدُ الصَّوْمَ فَقَال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ
Artinya: Hamzah bin Amr bertanya pada Rasulullah tentang puasa saat perjalanan di mana Hamza biasa berpuasa sard (setahun). Rasul menjawab: boleh puasa boleh tidak.[4]

- Dasar hadits 2:
منْ صَامَ الدَهْرَ ضُيِقَتْ عَلَيْهِ جَهَنَمُ هَكَذَا وَقَبَضَ كَفَهُ
Artinya: barangsiapa yang berpuasa setahun, maka disempitkan neraka jahanam baginya seperti ini--Nabi kemudian mengepalkan telapak tangannya.[5]

Menurut Dr. Wahbah Zuhayli, dalam pandangan madzhab Hanafi hukum puasa dahr adalah makruh. Sedangkan di kalangan madzhab Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya sunnah.[6]

IV. HUKUM PUASA RIYADHAH 7 HARI, 21 HARI, 41 HARI.

Puasa riyadhah (riyadloh) dalam istilah Jawa disebut dengan puasa nglakoni atau tirakatan. Tujuannya bermacam-macam, umumnya untuk mencapai suatu kesaktian atau kanuragan tertentu. Jadi, puasa riyadhah bukan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan atau kesalihan pribadi. Karena itu, puasa riyadhah (riyadlah) bukanlah puasa sunnah. Karena, tidak ada dasarnya dalam Quran dan hadits sahih.

Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa seseorang melakukan puasa tersebut. Apabila puasa tersebut tidak dilakukan pada hari-hari yang diharamkan, maka hukumnya mubah. Silahkan merujuk pada Risalah Puasa.

V. HUKUM PUASA DALAIL QURAN SETAHUN

Puasa dalail Quran termasuk kategori puasa riyadhah (riyadloh) yang dalam istilah Jawa disebut dengan puasa nglakoni atau tirakatan. Tujuannya bermacam-macam, umumnya untuk mencapai suatu kesaktian atau kanuragan tertentu. Jadi, puasa riyadhah bukan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan atau kesalihan pribadi. Karena itu, puasa dalail Quran bukanlah puasa sunnah. Karena, tidak ada dasarnya dalam Quran dan hadits sahih.

Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa seseorang melakukan puasa tersebut. Apabila puasa tersebut tidak dilakukan pada hari-hari yang diharamkan, maka hukumnya mubah. Silahkan merujuk pada Risalah Puasa.


VI. HUKUM PUASA DALAIL AL-KHOIROT (AL-KHAIRAT) 1, 2 TAHUN ATAU LEBIH

Puasa Dalail ul Khairat (Khoirot, Khayrat) selama 1, 2, 3, 6, atau 9 tahun. Dan dilakukan terus menerus. Puasa ini konon bertujuan untuk mendapat karamah seperti kekayaan, kekebalan tubuh. Pantangannya selama hidup, tidak boleh berzina, mabuk, maling, judi, sombong.

Dalail ul Khairat itu sendiri adalah nama sebuah kitab wiridan yang ditulis oleh Sidi Muhammad ibn Sulayman al-Jazuli al-Simlali (wafat th. 870 H/1465 M) seorang sufi dan mursyid tariqah asal Maroko. Disebut puasa Dalail Khairat karena saat puasa Dalail al Khairat si pelaku juga sambil membaca wiridan sholawat dan do'a yang terdapat di kitab Dalail al Khairat tersebut.

Puasa dalail khairat ini tidak ada dasar Quran dan hadits. Ia hanyalah "ijtihad" kalangan sufi.[7]

Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa seseorang melakukan puasa tersebut. Apabila puasa tersebut tidak dilakukan pada hari-hari yang diharamkan atau dimakruhkan, maka hukumnya mubah. Silahkan merujuk pada Risalah Puasa.

VII. SUMBER RUJUKAN

[1] Hadits Riwayat Muslim no 2799 dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash.
[2] Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim lihat Al Wajiiz fi Fiqhi Sunnah wal Kitabil ‘Aziiz hal. 201.
[3] Sahih Bukhari 7/91; Muslim 6/45.
[4] Tirmidzi 2/211; Nasa'i 6/3; Kanzul Ummal 7/180.
[5] Sahih Ahmad 40/198; At Tabrani dalam Al Kabir 20/180; Majma' Al-Zawaid 3/193.
[6] Wahbah Zuhayli, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu (الفقه الإسلامي وأدلته), Dar el Fikr, Lebanon, 1997.
[7] M. Syukron Maksum, Kedahsyatan Puasa,, Pustaka Marwa, Yogyakarta, Cet. II, 2009, hal. 121.

BACAAN LANJUTAN

1. Risalah Puasa (bahasa Arab)
2. Daliluka ila Masail al Shiyam (bahasa Arab)
3. Puasa Dahr dalam Perspektif Fiqh

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking