Woensdag 24 April 2013



Eksistensi Pendidikan Islam Di Era Globalisasi

Eksklusif Reportase*
Untuk maju kita – Muslim, red- tidak harus mengikuti -pemikran, keilmuan, red- Barat atau Timur hanya saja kita harus kembali menata ulang identitas keislaman kita di segala aspek kehidupan, setelah dasar keislaman kita sudah mapan barulah kemudian kita mulai menyerap keilmuan Barat atau Timur sesuai kebutuhan, tentunya dengan tetap memperhatikan syariat Islam. (al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni) Dalam kesempatan lawatan tahunannya ke tarim hadramaut awal bulan muharrram 1428 H. majalah annadwa mendapatkan kesempatan khusus untuk mewawancarai seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, bertempat di kediaman beliau –samping kanan masjid al Muhdlar- 7 Muharram 1428H.berikut hasil wawancara eksklusif reporter annadwa Muhammad dan Syeh bersama beliau seputar Eksistensi Pendidikan Islam Di Era Globalisasi setelah dialih bahasakan dari bahasa Arab ke Indonesia oleh Ahmad Idrus Fi’li :

Annadwa: Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Tarbiyah Islamiyah (pendidikan islam)?
Habib :Tarbiyah Islamiyah adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah Swt. dan Rasulnya Saw. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.
Annadwa: Apa perbedaan antara Tarbiyah Islam dengan manhaj (metode)Hadramiyah?
Habib : Tidak ada perbedaan antara keduanya hanya saja manhaj pada ‘madrasah Hadhrami’ merupakan salah satu contoh tarbiyah Islamiyah yang cukup berhasil menghubungkan antara generasi sekarang ini dengan hakekat keberagamaan yang lebih lurus dan sempurna, ini semua dikarenakan ‘madrasah Hadhrami’ mempunyai sistem pendidikan permanen dan kokoh yang diperoleh selama fase pembangunannya diantaranya:
  1. Ilmu dan pengamalannya, ikhlas, wara’ (menjauhi hal-hal yang syubhat), taqwallah. serta konsisten dengan mengamalkan semua itu.
  2. Menyerukan dakwah karena Allah Swt. dengan memberi nasehat yang baik dan bijaksana.
  3. Politik ‘patah pedang’ sebagai motto pengabaian kepemimpinan duniawi-material oriented-yang menyebabkan pertikain tetapi masih memperhatikan batasan-batasan yang diperkenankan oleh syariat.
  4. Hidup damai dalam komunitas majemuk, selaras dengan apa yang Allah Swt. ridhoi sehingga dapat menciptakan kedamaian dunia akhirat.
Annadwa: Menurut anda, dapatkah Tarbiyah Islamiyah menjawab tantangan zaman di era globalisasi ini?
Habib: Tarbiyah Islamiyah sebagai sebuah pemikiran, tidak kami dapati padanya suatu makna pembenaran terhadap kontra eksistensi globalisasi, agresi propaganda atau lain sebagainya. bahkan ‘madrasah Hadhramaut’ sekalipun, ini semua di karenakan seluruh madrasah tarbiyah islamiyah terintangi kelemahan kemampuan dan hampir semuanya terinfeksi gejala peradaban kekinian. Disamping pula kurangnya sarana yang mampu untuk melakukan konfrontasi dengan tantangan zaman, kita tahu bahwa Islam dengan teori edukasi, pengajaran, ekonomi dan sosialnya yang kokoh sesungguhnya mampu meluruskan seluruh problematika sosial kontemporer semisal: sekularisme, komorsialisasi pendidikan, dan semua ikon globalisasi. Hanya saja penjajah dengan politiknya telah memberikan andil negatif (melalui sejarahnya yang panjang) semenjak awal fase kelemahan umat (marhalah ghutsaiyah) atas tujuan utama tarbiyah Islam serta mereduksi pengaruhnya di tataran praktis.
Annadwa: Jika demikian kenyataannya, kenapa realita generasi muslim yang banyak tersebar di negara Islam kurang meminati Tarbiyah Islamiyah? Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Habib : Pendidikan Islam mampu menghadapi tantangan jaman dengan semua yang tercakup di dalamnya hanya saja jiwa, harapan dan cita-cita serta minat generasi muda sekarang telah tumbuh dalam lingkungan pendidikan yang tidak islami. Maka sulitlah bagi mereka untuk mengakui jatidiri mereka dan sulit untuk keluar dari pengaruh psikologis yang tersebar di dalam kehidupan mereka untuk kembali kepada pendidikan Islam yang benar. Lebih-lebih pendidikan Islam tidak mempunyai (sampai sekarang) pakar pendidikan lembaga-lembaga Islami yang mampuni untuk menghadapi dan mereorganisasi semua kelemahan ini. Oleh karena itu harus ada tahap waktu, organisasi, training dalam proyek pengembalian peran ‘madrasah’ Islam dalam pengertian pendidikan yang benar.
Annadwa: Kenapa kaum muslimin terbelakang pendidikannya semantara umat lain bisa maju?
Habib : kemunduran kaum muslimin dalam bermacam aspek edukasi, teaching, ekonomi, politik, kebudayaan, pengetahuan dunia dan akheratnya terjadi setelah terpecahnya kekuatan Islam di negara-negara arab dan negara berbesik islami. Disamping juga hegemoni kekuatan impreliasme di eluruh belahan dunia, ditambah lagi pemgembangan pendidikan dan pengajaran teknologi dan informasi (TI) yang mengarah pada ekonomi kemaslahatan kaum imperialis. Sedangkan kemajuan non muslim sama sekali tidak ada sagkut pautnya dengan tarbiyah islamiyah dan lainya karena majunya peradaban di barat semata-mata hanya di dasarkan pada logika pendidikan materealisme saja. Ini adalah macam pendidikan kufur yang memisahkan antara asbab (aksi) dan musabab (reaksi). Barat menggunakan ateisme sebagai instrumen kesuksesan mereka dalam revolusi industri, kemudian mereka menginstruksikan pada umat Islam tentang sebab kemunduran mereka disebabkan muslimin tidak menganut paham pendidikan materialisme; padahal sebenarnya tidaklah demikian.
Annadwa:Dan haruskah kita mengikuti jejak mereka demi kemajuan peradaban kita?
Habib :Untuk maju kita – Muslim, red- tidak harus mengikuti -pemikran, keilmuan, red- Barat atau Timur hanya saja kita harus kembali menata ulang identitas keislaman kita di segala aspek kehidupan, setelah dasar keislaman kita sudah mapan barulah kemudian kita mulai menyerap keilmuan Barat atau Timur sesuai kebutuhan, tentunya dengan tetap memperhatikan syariat Islam. (al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni)
Annadwa: Langkah-langkah apa sajakah yang patut kita tempuh sebagai solusi dari problematika kemunduran pendidikan demi kemajuan peradaban Islam yang gemilang?
Habib : tidak ada seorangpun sekarang ini memiliki langkah langkah yang cukup memadai karena problematika yang ada sudah sangat komplek dan genting. Sekalipun ada harapan maka pengambilan manhaj pendidikan dan pengajaran kemudian diserahkan kepada otoritas orang orang saleh dan bertakawa, walaupun tidak komplit dan menyeluruh seperti memusatkan perhatian pada pesantren dan peran ilmu syariat untuk menciptakan keseimbangan jaman.
Annadwa: Yang terakhir, apa pesan Habib untuk para pembaca majalah An Nadwa ini khususnya bagi para pelajar Indonesia di Yaman.
Habib : Nasihat kami ini untuk diri kami dan juga pembaca sekalian melalui majalah :
  1. Bertakwa kepada Allah Swt, memberikan perhatikan yang lebih pada parent education (tarbiyah abawiyah) yang memiliki kaitan erat dengan ajaran Islam. Sebelum lebih banyak berbuat sesuatu terlebih dahulu berusaha memperbaiki kondisi keluarga .
  2. Menebarkan semangat ‘ruhul Islam’ dengan adab sopan-santun.
  3. Menuntut ilmu pengetahuan yang bermanfaat dengan berkesinambungan (long life education) karena masa sekarang adalah masanya ilmu pengetahuan (knowledge age), dan ilmu pengetahuan jika dikuasai oleh orang-orang yang amanah niscaya umat akan merasakan ketentraman, sebaliknya jika berada pada mereka yang tidak memilki amanah niscaya kekacauanlah yang akan berperan sehingga memperpanjang daftar proses pembenahan. Wallahulmuwaffiq.
**Pernah dimuat di Majalah Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Yaman (HIPMI-Yaman) “An Nadwa” Edisi-X /Februari-Juli 07

untuk referensi buku-buku silahkan klik di sini ea???
REFERENSI BUKU

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking